Advertisemen
Baca Juga Artikel Lainnya
Satu lagi kisah pilu nasib tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri. Masinah, 30, warga Dukuh Kaliyoso, RT 3/V, Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kudus, hilang mulai 12 tahun lalu, tepatnya sejak dirinya pergi bekerja ke Arab Saudi pada 1999.
Kabar berita Masinah tidak terdengar lagi sampai sekarang. Dia berangkat ke Saudi melalui Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) PT Afida Afiaduta, Jakarta.Sukino, 41, paman Masinah, saat ditemui Radar Kudus (Jawa Pos Group) di kediamannya kemarin (25/6) mengungkapkan, keponakannya itu dua kali berangkat menjadi TKI. Pertama, dia berangkat saat berumur 17 tahun, tepatnya pada 1998 silam.
Saat itu, dia berangkat ke Riyadh, Arab Saudi, dan menjadi PRT (pembantu rumah tangga). Namun, belum sampai kontraknya habis dua tahun, Masinah memutuskan untuk pulang pada 1999. Selanjutnya, belum genap setahun di rumah, dia berangkat kembali ke Saudi untuk yang kedua.
''Saat berangkat, dia pamit baik-baik. Bahkan sewaktu di Jakarta untuk training pembekalan, Masinah masih sering menghubungi keluarga di rumah,'' ungkapnya.
Tapi, sejak itu, dia tidak pernah lagi menghubungi keluarga. Bahkan, keluarga pun tidak bisa menghubungi dia. Namun, keluarga tetap berpikir positif dan berharap tidak terjadi apa-apa pada anak keempat di antara delapan bersaudara itu.
Namun, seiring dengan adanya pemberitaan di media massa mengenai penyiksaan yang dialami TKI di Saudi, keluarga Masinah menjadi takut. Akhirnya, mereka bertanya kepada PJTKI. Namun, penyalur hanya bisa menanyakan ke Kedubes Arab Saudi tanpa ada langkah mencari Masinah. ''Katanya, penyalur sudah menanyakan ke majikannya di Saudi. Namun, jawabannya tidak mengenakkan,'' ungkapnya.
Sukino menyatakan, majikan keponakannya itu bahkan menjawab tidak ada pembantu yang bernama Masinah di rumahnya. Sontak jawaban tersebut membuat keluarga khawatir apakah Masinah masih hidup atau tidak. ''Lantas, sekarang Masinah di mana? Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari. Namun, sampai saat ini belum juga mendapat kejelasan,'' ujarnya.Bahkan, saat ada deportasi oleh pemerintah terkait TKI di Saudi, keluarga diminta menyiapkan beberapa persyaratan seperti fotokopi kartu keluarga (KK) dan kartu tanda penduduk (KTP). Tapi, hasilnya nihil.
Karena itu, pihaknya berharap pemerintah bisa membantu mencari Masinah. Bahkan, kalau bisa dipulangkan secepatnya. ''Selama 12 tahun ini Masinah tidak pernah menghubungi keluarga.
Apalagi mengirim uang,'' tegasnya.
Sebagaimana para TKI lainnya, keberangkatan Masinah ke Saudi bertujuan untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Tapi, bukan kesejahteraan yang didapat. Dia malah menghilang entah di mana hingga sekarang.
Bahkan, kenangan keluarga atas Masinah hanyalah foto buram yang tidak lagi terlihat jelas.
''Foto yang paling jelas hanya di ijazahnya sewaktu di sekolah dasar (SD),'' katanya.
Kabar berita Masinah tidak terdengar lagi sampai sekarang. Dia berangkat ke Saudi melalui Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) PT Afida Afiaduta, Jakarta.Sukino, 41, paman Masinah, saat ditemui Radar Kudus (Jawa Pos Group) di kediamannya kemarin (25/6) mengungkapkan, keponakannya itu dua kali berangkat menjadi TKI. Pertama, dia berangkat saat berumur 17 tahun, tepatnya pada 1998 silam.
Saat itu, dia berangkat ke Riyadh, Arab Saudi, dan menjadi PRT (pembantu rumah tangga). Namun, belum sampai kontraknya habis dua tahun, Masinah memutuskan untuk pulang pada 1999. Selanjutnya, belum genap setahun di rumah, dia berangkat kembali ke Saudi untuk yang kedua.
''Saat berangkat, dia pamit baik-baik. Bahkan sewaktu di Jakarta untuk training pembekalan, Masinah masih sering menghubungi keluarga di rumah,'' ungkapnya.
Tapi, sejak itu, dia tidak pernah lagi menghubungi keluarga. Bahkan, keluarga pun tidak bisa menghubungi dia. Namun, keluarga tetap berpikir positif dan berharap tidak terjadi apa-apa pada anak keempat di antara delapan bersaudara itu.
Namun, seiring dengan adanya pemberitaan di media massa mengenai penyiksaan yang dialami TKI di Saudi, keluarga Masinah menjadi takut. Akhirnya, mereka bertanya kepada PJTKI. Namun, penyalur hanya bisa menanyakan ke Kedubes Arab Saudi tanpa ada langkah mencari Masinah. ''Katanya, penyalur sudah menanyakan ke majikannya di Saudi. Namun, jawabannya tidak mengenakkan,'' ungkapnya.
Sukino menyatakan, majikan keponakannya itu bahkan menjawab tidak ada pembantu yang bernama Masinah di rumahnya. Sontak jawaban tersebut membuat keluarga khawatir apakah Masinah masih hidup atau tidak. ''Lantas, sekarang Masinah di mana? Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari. Namun, sampai saat ini belum juga mendapat kejelasan,'' ujarnya.Bahkan, saat ada deportasi oleh pemerintah terkait TKI di Saudi, keluarga diminta menyiapkan beberapa persyaratan seperti fotokopi kartu keluarga (KK) dan kartu tanda penduduk (KTP). Tapi, hasilnya nihil.
Karena itu, pihaknya berharap pemerintah bisa membantu mencari Masinah. Bahkan, kalau bisa dipulangkan secepatnya. ''Selama 12 tahun ini Masinah tidak pernah menghubungi keluarga.
Apalagi mengirim uang,'' tegasnya.
Sebagaimana para TKI lainnya, keberangkatan Masinah ke Saudi bertujuan untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Tapi, bukan kesejahteraan yang didapat. Dia malah menghilang entah di mana hingga sekarang.
Bahkan, kenangan keluarga atas Masinah hanyalah foto buram yang tidak lagi terlihat jelas.
''Foto yang paling jelas hanya di ijazahnya sewaktu di sekolah dasar (SD),'' katanya.
SUMBER:
Advertisemen